19 Juni 2014

Dolly Tutup, Kemana Pelarian Laki-Laki Hidung Belang?

Dolly Tutup, Kemana Pelarian Laki-Laki Hidung Belang?
Pemerintah Kota Surabaya resmi menutup lokalisasi terkenal Gang Dolly dan Jarak dalam deklrasai yang digelar di Islamic Center Surabaya pada 18 Juni malam. Penutupan ini disertai dengan pemberian kompensasi kepada para PSK dan mucikari yang jumlah mencapai ribuan. 


Pemkot Surabaya memang berjanji tidak mengabaikan nasib mereka, namun bagaimana nasib para pelanggan yang selama ini 'jajan' di tempat prostitusi itu? Akankah mereka mencari tempat lain untuk melampiaskan syahwat? 

Tutupnya lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara itu, bukan berarti Kota Pahlawan bersih dari prostitusi. Banyak tempat di Surabaya yang menyajikan sarana untuk melepas syahwat para hidung belang, khususnya di sebelah barat Kota Surabaya. Bedanya tempat-tempat itu dibungkus dalam bentuk panti pijat, terapi kebugaran hingga karaoke. Ada lagi, jejaring sosial yang menyuguhkan perempuan siap diorder. 

Penelurusan Okezone, ada di beberapa tempat yang masih menjajakan perempuan sebagai produk utama bisnis. Salah satunya di kawasan Kalibokor, Surabaya. Ada dua panti pijat ternama yang menyediakan jasa plus-plus. Tarifnya sekira Rp275 sampai Rp350 ribu di luar tips untuk perempuan terapis. 

Masuk ke panti pijat itu langsung disuguhi perempuan menggunakan busana minim tak kalah seksi dengan para PSK Gang Dolly. Bedanya, konsumen diminta memilih nomor dada terapis yang akan melayani. Terdapat sekira 30 terapis dari beragam usia di tempat itu. 

"Kalau di panti pijat ini ada sensasi pijatnya. Kalau di Dolly tinggal pilih dan bawa masuk ke kamar seperti makangan cepat saji," kata salah satu pelanggan Dolly.

Ada lagi panti pijat penyedia jasa plus-plus di sekitaran Jalan Bratang. Panti pijat yang menggunakan nama pemiliknya ini memang terkenal menyediakan perempuan-perempuan terapis berusia 25 tahun hingga 35 tahun. Untuk harga relatif sama dengan panti pijat di kawasan Kalibokor. 

Koordinator Pemuda Independen (Kopi), Saputra, pun menilai penutupan Gang Dolly tak lantas menyelesaikan persoalan sosial di Kota Surabaya. Bahkan, menurutnya, penutupan tak ubahnya memindahkan bisnis prostitusi ke area lain.

"Kenapa ada wisma (di Dolly) yang setuju dengan penutupan, karena diberi ganti rugi tempat dan membuka tempat lain kawasan Darmo Park dan Kedung Doro (berada di bagian barat Kota Surabaya)," ujarnya.

Saputra juga menyakini, penutupan Dolly akan berdampak terhadap konsumen panti pijat yang terus meningkat. Para hidung belang akan bergeser ke kawasan Darmo Park yang kini dijamuri panti pijat. 
sumber http://surabaya.okezone.com/read/2014/06/19/519/1001333/dolly-tutup-kemana-pelarian-laki-laki-hidung-belang
Share this article now on :

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))

Silahkan Copy Paste Artikel ini jika dianggap bermanfaat, tetapi dengan menyertakan Link Sumbernya (link hidup).