Kepulangan Ravi Murdianto, kiper Timnas U-19, ke rumah orangtuanya di Desa Tegawanu Kulon RT 10 RW 1, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, disambut bak pahlawan.
Tidak hanya oleh warga kampung dan pejabat di daerah itu, warga dari luar daerah pun berupaya untuk menemui dan hanya untuk foto bersama, minta tanda tangan, dan ngobrol sejenak.
Meskipun setelah kemenangan dalam babak penyisihan Piala AFC dengan menghempaskan Korea beberapa waktu lalu tidak pulang ke kampung halaman di Tegowanu, kenangan kepulangan kiper muda masa depan
Indonesia kelahiran 8 Januari 1995 ini cukup mendalam usai memenangi ajang AFF Cup 2013.
Meskipun disambut bak pahlawan oleh warga, pejabat, tidak ada perubahan dalam diri Ravi Murdianto saat menerima para tamu yang tiada henti mengalir di rumah kecil dan sederhana milik orangtuanya, Heri Supriyanto dan Murminah itu. Rafi tetap sederhana dan seperti pemuda desa kebanyakan.
"Saya pulang kampung karena kangen orangtua dan tidak menyangka akan mendapatkan sambutan seperti ini, tapi ya mengalir saja," kata Ravi Murdianto yang hanya diberi libur dua.
Bahkan ketika banyak janji bonus yang akan mengalir setelah memenagi pertandingan terakhir ini, Ravi Murdianto juga menyambut dingin meskipun harapan dapat terwujud untuk dapat membantu orangtuanya yang hanya sebagai sopir PLN Tegowanu.
Kalau tidak pulang seperti ini, kata Heri Supriyanto, maka orangtuanya yang datang menjenguk dengan membawa oleh-oleh makanan kesukaannya seperti bandeng presto dan makanan khas Semarang lainnya.
Kepulangan ke Tegowanu pada September lalu, kata Heri Supriyanto, adalah pertemuan kedua antara orangtua dengan Ravi selama tahun 2013. Sebelumnya keluarga sempat menjenguk kiper utama
Timnas U-19 tersebut saat mengikuti training camp (TC) di Yogyakarta.
Meskipun tidak pulang, lanjut Heri Supriyanto, namun hubungan komunikasi tetap berjalan melalui kontak lewat telpon. "Pesan saya jangan tinggalkan shalat lima waktu, rendah hati pada siapapun, meskipun prestasi sedang di puncak," tambah Heri Supriyanto.
Sambutan atas keberhasilan Ravi Murdianto juga berasal dari Pemkab Grobogan.
"Saya sudah minta Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata agar segera menghubungi Ravi agar bisa bertemu, meskipun belum bisa menjanjikan bonus." kata Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro.
Masalah bonus, kata Icek Baskoro, memang sudah dipikirkan. Namun apa dan bagaimana bentuknya diserahkan pada KONI yang lebih paham soal ini, sehingga keberhasilan Ravi mengantarkan Timnas U-19 meraih gelar juara itu diharapkan bisa menjadi penyemangat para pemuda Grobogan untuk berprestasi.
Ravi Murdianto yang mendapat berbagai pujian tetap bersahaja sebagai anak desa, bahkan kenangan masa kecilnya ketika berjuang untuk menjadi pemain bola yang handal masih terasa dan menjadi cambuk untuk dapat berhasil lebih baik lagi.
"Saya berangkat dari anak kampung yang tidak punya apa-apa," ujar Ravi.
Saat kelas 2 SD, kata Ravi, dia sudah menyukai sepakbola. Namun kondisi keluarganya yang serba terbatas membuat karir sepakbola banyak kendala seperti harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah sepakbola tempatnya berlatih dengan jarak yang mencapai 20 kilometer di Semarang.
"Terkadang untuk dapat latihan diantar oleh bapak dengan sepeda motor yang pada saat itu bekerja sebagai pemungut botol dari kampung ke kampung. Saya harus duduk di atas karung berisi botol-botol yang
dikumpulkan bapak dan dulu banyak orang mencibir saya dengan kata-kata Itu lho kiper bola yang diantar bapaknya naik motor di atas karung," katanya. (Akhmad Safuan)
sumber http://www.metrotvnews.com/bola/read/2013/10/19/14/189168/Kiper-Timnas-U-19-Disambut-Bagaikan-Pahlawan-di-Kampungnya
Posting Komentar
Silahkan Copy Paste Artikel ini jika dianggap bermanfaat, tetapi dengan menyertakan Link Sumbernya (link hidup).